Sabtu, 30 April 2011

Desa Wisata Lakkang Kini Menjangkau Dunia


Makassar, Sungai Tallo yang tenang dan cokelat membuat kami tak was-was menelusuri perjalanan ke Desa Lakkang dari Dermaga Universitas Hasanuddin akhir pekan kemarin. Tak ada kekhawatiran tersirat di antara rombongan kami yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sementara, Pak Tua mendekati saya, "sebenarnya banyak buaya di sungai ini," ia berbisik tanpa senyum.

Perjalanan menggunakan katinting (ucapan warga untuk perahu yang kami naiki) dari Dermaga Unhas ke Desa Lakkang hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit. Di kiri kanan tepian sungai menghampar pohon Nipah kehijauan.

Satu-dua batang nipah sempat mengganggu putaran mesin tempel katinting dan pemilik katinting pun terpaksa mematikan mesin untuk membersihkan putaran baling-baling mesin. Menurut Pak Tua yang membisiki saya, buah nipah yang manis dan konon menjadi obat kuat kaum Adam telah lama menjadi konsumsi warga di sekitar Sungai Tallo.

Selain melalui Dermaga Universitas Hasanuddin, warga Desa Lakkang juga dapat keluar menuju Dermaga Tekkolo yang terhubung ke laut lepas. Dermaga ini, kata Andi M. Fara , Lurah Lakkang, berada di depan Benteng Rotterdam di pusat kota.

Desa Lakkang memang desa yang terisolir, dan menurut Hanz Matone - pemerhati pariwisata Sulawesi Selatan dan anggota Lingkar Penulis Pariwisata - inilah yang menjadi keunikan lokasi ini dan ia menentang ide untuk membangun jembatan penghubung ke lokasi yang menjadi paru-paru Kota Makassar itu. Keberadaan jembatan tersebut dinilai akan menghapus keunikan lokasi ini dan menjadi ancaman terhadap statusnya sebagai daerah konservasi alam dan budaya.

Desa Lakkang, kata Hanz, adalah hasil sebuah sedimentasi dan berada di tengah Kota Makassar. Desa ini memiliki berbagai potensi dan bisa dijual menjadi obyek wisata unggulan. Potensi yang dimiliki Desa Lakkang adalah potensi alam seperti pohon-pohon berusia ratusan tahun, empang, daerah pertanian di tengah kota, dan kawasan nelayan.

Desa ini juga berdekatan dengan kawasan industri Makassar sehingga dengan kealamiahannya diharapkan dapat menjadi paru-paru kota. Dengan potensi yang dimilikinya, kata Hanz, ada tiga konsep yang dapat dikembangkan untuk Desa Lakkang, yaitu sebagai konservasi, sebagai edukasi, dan tujuan rekreasi.

Lurah Lakkang Andi M. Fara mengakui daerahnya kini telah menjadi lokasi tujuan wisatawan mancanegara, khususnya Jepang. Para wisatawan Jepang tersebut menikmati buah-buahan unik di daerah ini serta tujuh titik bungker peninggalan Jepang.

Bungker-bungker pas ukuran orang dewasa itu dulunya merupakan tempat pelarian dan tempat penimbunan logistik Jepang. Akibat tertimbun, bungker yang pintunya pas seukuran orang dewasa itu terlihat seperti lubang-lubang kecil saja.

Desa Lakkang seluas 168 hektare. Andi mengatakan tempat ini telah dialiri listrik dan mendapat pasokan air dari PDAM. Desa ini ditinggali sekitar 300 keluarga atau sekitar 1.100 orang dan warganya berprofesi nelayan serta sebagian karyawan di Makassar. Untuk sampai ke desa ini memang satu-satunya melalui jalur air menggunakan perahu-perahu kecil.

Potensi yang dimiliki oleh Desa Lakkang rupanya menarik pihak swasta untuk ikut serta membangun lokasi terisolir ini. Vice President XL North Region Nuruddin Al Fitroh akhir pekan lalu (12/2) mengatakan pihaknya mendukung sepenuhnya program Desa Wisata Lakkang yang ditetapkan Pemerintah Kota Makassar.

Untuk mendukung penetapan Lakkang sebagai desa wisata itu, XL dalam program Coorporate Social Responsibility-nya membantu berbagai sarana infrastruktur di bidangnya, yaitu di bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

Dukungan XL meliputi empat bidang, yaitu pendidikan dengan donasi komputer dan internet ke warga desa, SD Negeri Lakkang dan kantor kelurahan, restorasi dan pemeliharaan situs bersejarah, pendidikan lingkungan dan pengembangan usaha kecil menengah. Selain itu XL menyerahkan satu katinting berkapasitas 15 penumpang serta satu unit telepon umum gratis.

Dengan infrastruktur tersebut Lakkang diharapkan akan diketahui oleh dunia. "Kami juga akan membantu melakukan pelatihan kepada yang berwenang untuk dapat meng-upload informasi tentang Lakkang ke Internet sehingga dapat diketahui oleh masyarakat dan dunia," ujar Nuruddin.

"Kami berharap dukungan dan dorongan dari XL ini akan mampu mewujudkan Lakkang Berprestasi yang sekaligus akan memberikan kontribusi pada kemajuan dunia pariwisata Makassar," tambah Nuruddin.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Makassar Rusmayani Madjid menyambut langkah XL dalam pengembangan Desa Wisata Lakkang. "XL yang pertama kali menjalin kerja sama dengan Pemkot Makassar," ujarnya. Langkah itu terutama untuk mendukung program Visit Makassar 2011.

Hasan Kiong, 43 tahun, warga dan pemilik guest house yang difasilitasi XL, menyambut langkah penetapan desanya sebagai desa wisata serta dukungan fasilitas XL untuk guest house-nya. "Sekarang ini Lakkang sudah mulai dilirik wisatawan asing, seperti Jepang," ujar pria yang berprofesi sebagai nelayan itu. (erwin prima pz - tempo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar